KISAH NABI HUD dan KAUM 'AD
Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf, yaitu padang pasir yang dipenuhi dengan pegunungan pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempunyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan fisik yang kuat dan memiliki tubuh yang tinggi dan tegak. Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka.
Meskipun
mereka memiliki tubuh yang kuat, namun akalnya jongkok. Kaum ‘Ad
menyembah berhala dan membelanya, bahkan mereka siap berperang untuk
mempertahankan berhala yang mereka sembah. Mereka malah menuduh hal-hal
yang jelek terhadap nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka
menganggap bahwa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka
seharusnya mereka melihat bahwa Allah SWT yang menciptakan mereka lebih
kuat dari mereka. Sayangnya mereka lupa, melainkan kecongkakan yang
timbul.
Nabi Hud As mengingatkan Kenikmatan-kenikmatan Allah SWT.
Nabi Hud berkata kepada mereka: "Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)
Itu
adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul.
Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan
tidak pernah dicabut kembali.
Kaumnya
bertanya kepada Hud as: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami
melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?"
Nabi
Hud memberitahu mereka bahwa ia hanya mengharapkan imbalan dari Allah
Swt. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka
menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka
tentang nikmat Allah Swt terhadap mereka. Bagaimana Allah Swt memberikan
kekuatan fisik bagi mereka, bagaimana Allah Swt menempatkan mereka di
bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Allah Swt mengirimkan hujan
lalu menghidupkan bumi dengannya.
Penyimpangan Kaum Hud as.
Kaum
Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-orang yang terkuat
di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin
menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau
menuduh tuhan-tuhan kami yang nenek moyang kami pun menyembahnya?"
Nabi
Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan."
Walaupun Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang
diterangkan oleh semua nabi, namun penduduk ‘Ad mendustakannya.
Para
pembesar kaum ’Ad berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT
memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?"
Nabi
Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah SWT
mencintai kalian dan oleh karenanya Dia mengutus aku kepada kalian
untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh tidak
jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah
terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan dan
begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan,
sekuat apa pun mereka."
Para pembesar kaum berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?"
Nabi Hud menjawab: "Allah SWT."
Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami."
Nabi
Hud memberitahu mereka, bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah ini dengan
maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada hakikatnya justru
menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa hanya
Allah SWT yang dapat menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di
bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat.
Pertarungan
antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan
berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan,
pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh
Nabi Hud sebagai seorang bodoh dan gila. Pada suatu hari mereka berkata
kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya
engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan
karena kemarahannya engkau menjadi gila."
Sampai
pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada kaum ’Ad, dan
menganggap bahwa Nabi Hud telah mengigau karena salah satu tuhan mereka
telah murka kepadanya, sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila.
Peringatan Nabi Hud As kepada kaumnya.
Nabi
Hud hanya pasrah kepada Allah Swt dan ia hanya memberikan peringatan
serta ancaman jika merekat tetap mendustakan dakwahnya. Nabi Hud
berkata: "Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku, dan
saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu
daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh
kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.
Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kalian
berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian apa
(amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak
dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku
adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)
Dalam
ucapannya, Nabi Hud menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan
amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya,
niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang
demikian ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab.
Azab Allah SWT kepada Kaum Nabi Hud AS
Nabi
Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa
kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari
bersinar sangat kuat, hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa
kepala manusia.
Kaum Nabi Hud segera menemuinya dan bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?"
Nabi
Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian
beriman, maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan
serta menambah kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya
dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin bertambah
dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah berbagai tanaman
yang ada di muka bumi.
Lalu
datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti
langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah sambil
berkata: "Hari ini akan turuni hujan." Tiba-tiba udara berubah,
yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin
mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin
terus-menerus bertiup siang dan malam, hari demi hari, dan hawa dingin
semakin bertambah.
Kaum
Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi
di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan
tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali
angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja yang di laluinya.
Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam
kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Allah Swt.
Allah SWT berfirman:
"Maka
tatkala mereka melihat azab itu, berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab
yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya."
(QS. al-Ahqaf: 24-25) "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka
selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum
'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah:
7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar